Senin, 22 April 2013




PETUAH-PETUAH BERHARGA DALAM BUKU OJO DUMEH
KARYA OMAR ISHANANTO.
Judul buku                  : Ojo Dumeh
Pengarang                   : Omar Ishananto
Penerbit                       : PT Revka Petra Media
Tahun Terbit                : 2012
Tebal buku                  : 106 halaman

Kumpulan tulisan Omar Ishananto yang dibukukan oleh Renie Kumalasari ini berisi tentang kisah-kisah atau ringkasan cerita-cerita singkat yang tiap ending-nya memiliki makna yang begitu dalam. Serapan moral dapat diterima kala kita membaca tiap-tiap judul bacaan dalam buku ini.
Kutipan kisah mimesis berawal dari judul cerita pertama “Batu Karang Diantara Gelombang” yang merupakan kembangan cerita kisah anggota advokasi  Trimoelja D. Soerjadi, SH, yang memiliki keberanian dalam menegakkan hukum dan keadilan. Kehidupannya sedari kecil sudah berkecimpung di dunia politik. Bahkan ketika dia masih duduk  di bangku kuliah dia sudah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam kutipan cerita ini juga mengisahkan tentang kelegowoan sang ayah Mr. Soerjadi yang menghargai kehadiran pesaing mudanya yang bukanlain adalah anak kandungnya sendiri. walaupun pesaingnya muda, beliau tidak pernah sedikit pun memandang sebelah mata. Keluarga Trimoelja D. Soerjadi, SH ini patut dijadikan teladan yang baik, karena mengangkat citra profesi advokad sebagai suatu ‘officium nobile”­ –suatu noble profession.
“Humor Berpijak Pada Kejujuran” Berisi perjalanan dan kisah kehidupan HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo. Dewasa ini menemukan jati dirinya sebagai seorang PELAWAK. Sedari kecil beliau terlihat cerdas, humoris dan senang berpetualang alias kluyuran. Nama kecilnya juga tidak sepanjang itu, pada awalnya dia bernama Darmadji. Tetapi karena memiliki kemiripan dengan tokoh pedagang, Kasim Muslim asal Tiongkok. Pedagang ini memiliki kewibawaan tinggi didepan kawan maupun lawannya. Dibalik semua iitu dia  memiliki toleransi tinggi, humanis, dan bermoral tinggi.
Darmadji yang memiliki kemiripan dengan tokoh tersebut sedari kecil lambat laun bermetamorfosis sejalan dengan pencarian jati diri menjadi HM. Cheng Hoo Djadi Gajalapo. Memang lawakan yang berkualitas – mampu menempatkan humor sebagai penggugah tawa – mampu membawa diri orang tersebut jauh memasuki diri penikmatnya. Terkadang lawakan yang terlalu berambisi untuk “membuat tawa kantong saku”–mendapat rupiah-malah berdampak membunuh diri sendiri. Tak khayal bahwa lawakan dapat diibaratkan seperti pisau bermata dua, tergantung pada siapa pembawanya. Seperti yang dikatakan oleh Mas Cheng Hoo. Dengan berprinsip inilah, beliau selalu berusaha membuat lawakan yang bermutu, berpendidikan, dan memiliki pesan moral dalam menggugah moral bangsa, sehingga bernilai kejujuran.
Nilai merupakan realitas abstrak yang dapat dirasakan dalam diri manusia masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak ini dapat diketahui dari tiga  realitas, yaitu pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau kelompok (Kaswardi (1993:20).
Apabila disimak lebih detail, catatan yang berjudul “Humor Berpihak Pada Kejujuran” berusaha merubah pemikiran seseorang. Bahwa tidak selamanya pekerjaan itu menyulitkan diri kita. Sebut saja Darmaji yang menjadi tokoh utama dalam cerita itu. Dia hanya mempunyai keinginan yang besar untuk muhibah ke Amerika tanpa didasari bekal bahasa. Tapi alhasil baik dia dapat. Dia mampu menggapai keinginannya melalui wawancara konyolnya dengan konsul Amerika. Dia juga dapat menunjukkan keberhasilannya menjadi seorang pelawak. Bahkan dia memandang pelawak sebagai tugas mulia. Bagaimana tidak, dengan melawak kita dapat membuat hati oranglain yang mendengarnya gembira. Akan tetapi lawakan yang tidak bermoral/ NGAWUR dapat membuat sakithati orang yang mendengarnya. Itulah keistimewaan Darmaji. Bgaimana lawakan yang disuguhkan Darmaji mengandung nilai kejujuran yang mendidik.
Moral menurut Poespoprojo (1986:102) adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang bersifat normatif, yang dapat dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Adapun Suseno (1987:19) mengemukakan bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.
Tuntunan moral ini di kisahkan melalui tokoh Trimoelja D. Soerjadi, SH yang berperilakuan baik. Menunjukkan keadilannya dalam menjunjung tinggi hukum. Serta tentang panglima yang mampu memberikan arti budi pekerti, tanggungjawab dan kasih sayang pada negeri yang dipimpinnya. Seorang panglima yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dengan cara membagikan uang kepada rakyatnya yang membutuhkan, padahal uang tersebut berasal dari mandat sang raja untuk memperkuat kerajaannya dengan cara membeli peralatan yang dibutuhkan kerajaan untuk memperluas kekuasaan. Perbuatan itu berbuah manis, kekuasaan sang raja bertambah luas. Bahkan sang raja terheran melihat negerinya yang aman, luas dan rakyat-rakyatnya mengelukan dan menghormatinya. Semua itu karena kebijakan yang ditunjukkan panglima. Kita tidak akan membawa harta yang kita miliki saat kita mati, tetapi kita hanya dapat menikmati budi yang baik dari orang-orang yang selalu mengenang kita setelah mati. Dan semua itu akan kita dapatkan tatkala kita menebarkan kedamaian kepada sesama.         
Ini hanyalah selayang pandang yang disuguhkan dari gambaran buku "Ojo Dumeh”. Banyak hal-hal lain yang akan kita dapat setelah kita membaca buku tersebut. Dengan membaca dan mendalami  isi buku tersebut kita pasti akan menjadi orang yang lebih baik. Dengan catatan pembaca mampu mempraktikkan segala hal baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Semoga refrensi singkat tentang bacaan petuah ini dapat menarik perhatian pembaca untuk mencari dan membaca buku “Ojo Dumeh”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar