PETUAH-PETUAH BERHARGA DALAM BUKU OJO DUMEH
KARYA OMAR ISHANANTO.
Judul buku :
Ojo Dumeh
Pengarang :
Omar Ishananto
Penerbit :
PT Revka Petra Media
Tahun Terbit :
2012
Tebal buku :
106 halaman
Kumpulan tulisan Omar Ishananto yang dibukukan
oleh Renie Kumalasari ini berisi tentang kisah-kisah atau ringkasan
cerita-cerita singkat yang tiap ending-nya
memiliki makna yang begitu dalam. Serapan moral dapat diterima kala kita
membaca tiap-tiap judul bacaan dalam buku ini.
Kutipan kisah mimesis berawal dari judul
cerita pertama “Batu Karang Diantara Gelombang” yang merupakan kembangan cerita
kisah anggota advokasi Trimoelja D.
Soerjadi, SH, yang memiliki keberanian dalam menegakkan hukum dan keadilan.
Kehidupannya sedari kecil sudah berkecimpung di dunia politik. Bahkan ketika
dia masih duduk di bangku kuliah dia
sudah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam kutipan cerita ini juga
mengisahkan tentang kelegowoan sang
ayah Mr. Soerjadi yang menghargai kehadiran pesaing mudanya yang bukanlain
adalah anak kandungnya sendiri. walaupun pesaingnya muda, beliau tidak pernah
sedikit pun memandang sebelah mata. Keluarga Trimoelja D. Soerjadi, SH ini
patut dijadikan teladan yang baik, karena mengangkat citra profesi advokad
sebagai suatu ‘officium nobile” –suatu
noble profession.
“Humor Berpijak Pada Kejujuran” Berisi
perjalanan dan kisah kehidupan HM. Cheng Hoo Djadi Galajapo. Dewasa ini
menemukan jati dirinya sebagai seorang PELAWAK. Sedari kecil beliau terlihat
cerdas, humoris dan senang berpetualang alias kluyuran. Nama kecilnya juga tidak sepanjang itu, pada awalnya dia
bernama Darmadji. Tetapi karena memiliki kemiripan dengan tokoh pedagang, Kasim
Muslim asal Tiongkok. Pedagang ini memiliki kewibawaan tinggi didepan kawan
maupun lawannya. Dibalik semua iitu dia memiliki toleransi tinggi, humanis, dan
bermoral tinggi.
Darmadji yang memiliki kemiripan dengan
tokoh tersebut sedari kecil lambat laun bermetamorfosis sejalan dengan
pencarian jati diri menjadi HM. Cheng Hoo Djadi Gajalapo. Memang lawakan yang
berkualitas – mampu menempatkan humor sebagai penggugah tawa – mampu membawa
diri orang tersebut jauh memasuki diri penikmatnya. Terkadang lawakan yang
terlalu berambisi untuk “membuat tawa kantong saku”–mendapat rupiah-malah
berdampak membunuh diri sendiri. Tak khayal bahwa lawakan dapat diibaratkan
seperti pisau bermata dua, tergantung pada siapa pembawanya. Seperti yang
dikatakan oleh Mas Cheng Hoo. Dengan berprinsip inilah, beliau selalu berusaha
membuat lawakan yang bermutu, berpendidikan, dan memiliki pesan moral dalam
menggugah moral bangsa, sehingga bernilai kejujuran.
Nilai merupakan realitas abstrak yang
dapat dirasakan dalam diri manusia masing-masing sebagai daya pendorong atau
prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup. Nilai yang bersifat abstrak
ini dapat diketahui dari tiga realitas,
yaitu pola tingkah laku, pola berpikir, dan sikap-sikap seorang pribadi atau
kelompok (Kaswardi (1993:20).
Apabila disimak lebih detail, catatan
yang berjudul “Humor Berpihak Pada Kejujuran” berusaha merubah pemikiran
seseorang. Bahwa tidak selamanya pekerjaan itu menyulitkan diri kita. Sebut
saja Darmaji yang menjadi tokoh utama dalam cerita itu. Dia hanya mempunyai
keinginan yang besar untuk muhibah ke Amerika tanpa didasari bekal bahasa. Tapi
alhasil baik dia dapat. Dia mampu menggapai keinginannya melalui wawancara
konyolnya dengan konsul Amerika. Dia juga dapat menunjukkan keberhasilannya
menjadi seorang pelawak. Bahkan dia memandang pelawak sebagai tugas mulia.
Bagaimana tidak, dengan melawak kita dapat membuat hati oranglain yang
mendengarnya gembira. Akan tetapi lawakan yang tidak bermoral/ NGAWUR dapat membuat sakithati orang
yang mendengarnya. Itulah keistimewaan Darmaji. Bgaimana lawakan yang
disuguhkan Darmaji mengandung nilai kejujuran yang mendidik.
Moral menurut Poespoprojo (1986:102)
adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang bersifat normatif, yang dapat
dikatakan bahwa perbuatan itu baik atau buruk. Adapun Suseno (1987:19) mengemukakan
bahwa kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia.
Tuntunan moral ini di kisahkan melalui
tokoh Trimoelja D. Soerjadi, SH yang berperilakuan baik. Menunjukkan
keadilannya dalam menjunjung tinggi hukum. Serta tentang panglima yang mampu
memberikan arti budi pekerti, tanggungjawab dan kasih sayang pada negeri yang
dipimpinnya. Seorang panglima yang memperhatikan kesejahteraan rakyatnya dengan
cara membagikan uang kepada rakyatnya yang membutuhkan, padahal uang tersebut
berasal dari mandat sang raja untuk memperkuat kerajaannya dengan cara membeli
peralatan yang dibutuhkan kerajaan untuk memperluas kekuasaan. Perbuatan itu
berbuah manis, kekuasaan sang raja bertambah luas. Bahkan sang raja terheran
melihat negerinya yang aman, luas dan rakyat-rakyatnya mengelukan dan
menghormatinya. Semua itu karena kebijakan yang ditunjukkan panglima. Kita
tidak akan membawa harta yang kita miliki saat kita mati, tetapi kita hanya
dapat menikmati budi yang baik dari orang-orang yang selalu mengenang kita
setelah mati. Dan semua itu akan kita dapatkan tatkala kita menebarkan
kedamaian kepada sesama.
Ini hanyalah selayang pandang yang
disuguhkan dari gambaran buku "Ojo Dumeh”. Banyak hal-hal lain yang akan
kita dapat setelah kita membaca buku tersebut. Dengan membaca dan
mendalami isi buku tersebut kita pasti
akan menjadi orang yang lebih baik. Dengan catatan pembaca mampu mempraktikkan
segala hal baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Semoga refrensi singkat
tentang bacaan petuah ini dapat menarik perhatian pembaca untuk mencari dan
membaca buku “Ojo Dumeh”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar